
KH Muhammad Sholeh bin
Umar Assamarani (terkenal dengan Mbah Sholeh Darat) mengenalkan tentang hakikat
lailatul qadr sebagai hari raya bagi para malaikat. Dalam Kitab Lathaifu
al-Thaharah wa Asrar al-Shalah disebutkan oleh Mbah Sholeh Darat, bahwa
Syaikh Abdul Qadir Al Jailaini menyampaikan: “Adapun malam nishfu Sya’ban itu
adalah ‘idul Malaikah (hari raya para Malaikat). Dan demikian juga malam lailatul
qadr juga sebagai hari raya para Malaikat. Sebab Malaikat itu tidak tidur,
maka lebaran bagi Malaikat ada di malam hari. Berbeda dengan lebaran manusia”.
Sebuah pesan yang
sangat mulia, dimana masyarakat Islam ditunjukkan sebuah peristiwa agung di
dalam bulan-bulan Islam. Jika malam nishfu Sya’ban oleh Allah ditunjukkan
harinya jelas pada tanggal 15 bulan Sya’ban, maka tidak demikian malam lailatul
qadr yang oleh Allah sangat dirahasiakan keberadaannya. Yang ada hanyalan
pendapat para shahabat Nabi dan para ulama mengenai tanda-tanda lailatul
qadr yang berada pada sepuluh hari terakhir di bulan Ramadan.
Mbah Sholeh Darat
dalam kitab karangannya yang menggunakan bahasa Jawa pegon bernama Majmu’atu
al-Syari’ah al-Kafiyah li al-‘Awam halaman 107 menjelaskan bab tentang i’tikaf.
Yang dimaksudkan dengan i’tikaf adalah
berdiam diri di di dalam masjid dengan niat i’tikaf. Amalan i’tikaf ini hukumnya sunnah. Dan berubah menjadi
sunnag muakkad (sunnah yang sangat diharuskan) ketika masuk bulan Ramadan,
terutama dalam sepuluh hari terakhir pada malam duapuluh satu hingga berakhir
hingga menemukan lailatul qadr.
Adapun syarat i’tikaf
itu ada tujuh, yaitu: Islam, berakal, suci dari haidl/nifas, berdiam diri
di masjid dengan sekdar thama’ninah, berada di Masjid/serambi Masjid
(walaupun tidak dipakai shalat Jum’at), niat i’tikaf, niat fardlu i’tikaf jika
i’tikafnya sebagai nadzar. Pahala bet’tikaf di dalam masjid semuanya
sama, kecuali di Masjidil Haram, Masjid Nabawi dan Masjid Al-Aqsha.
Yang membatalkan i’tikaf
itu ada tujuh hal, yaitu: keluar dari masjid tanpa udzur, murtad, mabuk,
haidl, nifas, jima’, keluarnya air mani akibat bersenggolan. Dan pahala orang i’tikaf
akan hilang jika orang yang i’tikaf itu melakukan: misuh (Jawa)
di dalam Masjid, membicarakan orang lain, berbohong, adu domba, makan makanan
haram dan mencium istri di Masjid dengan syahwat.
Disunnahkan ketika
masuk ke masjid melakukan i’tikaf dengan menggunakan kaki kanan dan
berdoa:
اعوذ
بالله العظيم وجهه الكريم وسلطانه القديم من الشيطان الرجيم بسم الله والحمد لله
اللهم صل على سيدنا محمد وعلى ال سيدنا محمد اللهم اغفرلي ذنوبي وافتح لي ابواب
رحمتك وسهل لي ابواب رزقك
Dan ketika keluar dari masjid
menggunakan kaki kiri dengan membaca:
اللهم
اغفرلي ذنوبي وافتح لي ابواب فضلك واحفظني من الشيطان وجنوده برحمتك يا ارحم
الراحمين.
No comments:
Post a Comment