Jika sebagian manusia
merasakan bahagia dan gembira saat bulan Ramadan berakhir, tidak demikian
dengan langit, bumi dan malaikat. Manusia bahagia karena ibadah berat dengan
menahan lapar dan dahaga itu berakhir. Artinya, manusia boleh kembali makan dan
minum di siang hari.
Namun bagi langit,
bumi dan malaikat itu merasa bahwa habisnya bulan Ramadan adalah sebagai
musibah. Wajar jika dengan musibah ini, langit, bumi dan malaikat bersedih
hingga menangis.
Hal ini sama dengan
hadits yang dijelaskan dalam Kitab Durratun Nashihin karya Syaikh Utsman
bin Hasan bin Ahmad Asy Syakir Al Khaubawy. Dimana hadits berikut ini
menegaskan mengenai peristiwa yang terjadi pada akhir bulan Ramadan.
Hadits yang berasal
dari Sahabat Jabir ini berisi sabda Nabi: “Apabila tiba malam terakhir dari
bulan Ramadan, maka menangislah langit, bumi dan para malaikat atas musibah yang
menimpa ummat Muhammad Saw. Seorang sahabat bertanya: “Ya Rasulallah, musibah
apakah itu?” Rasul menjawab: “Perginya bulan Ramadan. Karena sesungguhnya
doa-doa di waktu itu dikabulkan, sedekah-sedekah diterima, kebaikan
dilipatgandakan, sedangkan adzab ditolak”.
Dalam rangka itu,
maka segenap umat Islam hendaknya meniru apa yang dialami oleh langit, bumi dan
malaikat dengan turut serta bersedih ketika akan ditinggal Ramadan. Sebab kemuliaan
dan kesucian bulan Ramadan benar-benar dirasakan bagi umat Islam.
Ketika Ramadan
berakhir pun, akan dirasakan bahwa bulan setelah Ramadan menjadi berbeda. Ibadah
yang berlipat ganda jarang dijalankan. Masjid dan mushola juga kembali semula
dengan jama’ah yang tidak penuh sebagaimana Ramadan.*)
M. Rikza Chamami
Dosen UIN Walisongo
Semarang
No comments:
Post a Comment