Oleh. M.
Rikza Chamami, MSI
Dosen Universitas
Islam Negeri Walisongo dan Majelis Ulama Indonesia Kota Semarang
السلام
عليكم ورحمة الله وبركاته
الله
اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله اكبر الله
اكبر الله اكبركبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة واصيلا. لا اله الا الله
والله اكبر. الله اكبر ولله الحمد.
الحمد
لله انعمنا بختم رمضان الكرام، واعاد علينا بعيد الفطر العظام، اشهد ان لا اله الا
الله وحده لا شريك له، شها دة تنجي قا ئلها من عذاب اخر الايام.
واشهد ان
محمدا عبده ورسوله، الذي نال رسول الختام.
اللهم صل
وسلم وبا رك على سيدنا محمد حاء الرحمة وميم الملك ودال الدوام، وعلى اله وصحبه
وسلم.
الله اكبر
الله اكبر ولله الحمد.
فيا معاشر
المسلمين رحمكم الله، اتقو الله واعلموا ان يومكم هذا يوم عيد وسرور.
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah,
Marilah
dalam kesempatan awal bulan Syawwal ini kita bersama-sama meningkatkan taqwa
kita kepada Allah Swt dengan senantiasa melaksanakan segala perintahnya dan
berusaha secara maksimal meninggalkan segala laranganNya. Sebab ketaqwaan
inilah yang menjadi inti dari ibadah mulia selama menjalani puasa satu bulan
penuh di bulan Ramadan “لعلكم تتقون”.
Rasa
syukur yang terindah hadir di tengah-tengah kita dengan kalimat “Alhamdulillahi
rabbil ‘alamin” atas limpahan karunia berupa umur panjang dan kesehatan yang
dapat mengantarkan kita menyelesaikan ibadah Ramadan dan hadir memuliakan ‘idul
fitri tahun 1437 H/2016 M ini. Nikmat ini menjadikan pertimbangan bagi kita
untuk menjadi hamba Allah yang selalu rajin bersyukur. Allah berfirman dalam
Surat Ibrahim ayat 7:
واذ تاذن ربكم لئن شكرتم لازيدنكم ولئن كفرتم ان عذابي لشديد
“Dan
(ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
Allahu Akbar
Allahu Akbar Allahu Akbar
Bulan
Syawwal yang hadir di tengah kita merupakan bulan mulia. Di satu sisi kita
sangat menanti dengan penuh harapan dan kegembiraan, sedangkan di sisi lain
kita sedang bersedih ditinggalkan bulan Ramadan. Sehingga, Ramadan dan Syawwal
ini menjadi masa transisi ibadah sekaligus menjadi ujian keistiqamahan kita
dalam selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Bulan
Syawwal bukan awal dari kemenangan dan kebebasan semata. Justru Syawwal menjadi
pintu gerbang dalam menguji hamba Allah dalam menjalankan ibadah secara baik
sebagaimana bulan Ramadan. Kalau itu mampu dilaksanakan, maka Syawwal
benar-benar menjadi bulan peningkatan. Dan Syawwal menjadi hari raya yang
sangat bermakna. Sebab masih banyak orang yang ikut merayakan ‘idul fitri, tapi
masih belum mampu istiqamah berpuasa. Banyak orang yang ikut berbaju baru, tapi
tidak menjalani tarawih. Banyak orang yang ikut membagikan parsel dan ucapan “Selamat
‘idul fitri”, namun melepaskan amaliyah Ramadan.
Hari
ini menjadi penegasan bagi kita, bahwa Syawwal kita jadikan momentum mulia
dalam menjaga, melestarikan dan meneguhkan kehambaan kita kepada Allah Swt. Sebab
kita semua hidup di dunia ini tujuan utamanya adalah ibadah. Tentunya ibadah
yang kita lakukan bersama kelak menjadi bekal menghadap keharibaan Allah Swt.
Allah berfirman dalam Surat Al Dzariyat ayat 56:
وما خلقت الجن والانس الا ليعبدون
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku”
Allahu Akbar
Allahu Akbar Allahu Akbar
Di
penghujung Ramadan, kita dikejutkan terjadinya Bom secara bergantian, baik di
Turki, Madinah Al Munawarah dan Solo. Sungguh kejam sekali sebuah peristiwa
yang merusak kesucian Ramadan sekaligus menjadi teror di awal bulan Syawwal. Patut
kita renungi bersama, bahwa syetan yang telah dikunci rapat oleh Allah ternyata
masih bisa lepas dengan menggoda para manusia yang belum bisa memaknai hakikat
puasanya. Sebagaimana yang telah disampaikan oleh Nabi Muhammad Saw, bahwa
banyak orang yang rajin berpuasa, namun tidak memahami esensi puasa. Mereka hanya
mendapatkan lelah dan dahaga belaka. Rasulullah bersabda:
كم من صائم ليس له من صيامه الا الجوع والعطش
“Banyak orang yang berpuasa, namun puasanya sia-sia. Kecuali hanya
mendapatkan rasa lapar dan dahaga”
Mudah-mudahan
kita semua dibebaskan oleh Allah Swt dari golongan yang demikian. Amin amin
amin ya rabbal ‘alamin.
Allahu Akbar
Allahu Akbar Allahu Akbar
Ada
empat pokok penting yang patut kita renungi bersama dalam menatap 11 bulan ke
depan setelah ditinggalkan Ramadan. Ini semua menjadi bagian dari muhasabah
atau renungan diri agar kita menjadi hamba Allah yang mampu menyandingkan
kehidupan ukhrawi dan kehidupan duniawi kita.
Pertama, di penghujung bulan Ramadan memasuki bulan Syawwal,
umat Islam dianjurkan untuk menunaikan rukun Islam berupa zakat. Hal yang
paling inti dari zakat adalah penyucian diri. Dimana harta yang kita miliki
perlu dibagikan kepada orang lain yang sangat membutuhkan. Disinilah Islam
mendorong hidup secara bersama. Yang kaya mengingat yang miskin dengan berbagi
harta dan bendanya. Islam tidak mengajarkan kesombongan dengan menumpuk harta. Akan
tetapi Islam mengajarkan untuk berbagi dengan term zakat, infaq dan shadaqah. Bahkan
Rasulullah menyampaikan pesan bahwa:
صوم شهر رمضان معلق بين السماء والارض ولا يرفع الا بزكاة الفطر
“Puasa
bulan Ramadan itu digantungkan antara langit dan bumi dan tidak akan diangkat
(diterima pahalanya), kecuali dengan mengeluarkan zakat fitrah”.
Hadits
ini memberikan penegasan bahwa betapa pentingnya kita berzakat yang terkecil,
yaitu zakat fitrah dengan mengeluarkan beras 2,5 Kg (+ Rp.30.000). Sebab
zakat fitrah itulah yang menyambungkan pahala Ramadan kita. Dan patut dicatat,
bahwa shadaqah menjadi salah satu tema khutbah Rasulullah Saw dalam khutbah ‘idul
fitrinya. Oleh sebab itu, di pagi yang mulia ini kita bersama-sama berusaha
untuk menjadi orang yang rajin mendermakan harta dan benda yang kita memiliki. Dengan
usaha menjadi dermawan, maka secara otomatis kita mengharap sebagai orang yang
kaya dan selalu ingat Allah dengan mendekat pada orang miskin. Rasulullah Saw
bersabda:
اجتهدو يوم الفطر في الصدقة واعمال الخير والبر من الصلاة والزكاة
“Bersungguh-sungguhlah kamu sekalian pada hari berbuka (‘idul
fitri) dalam bershadaqah dan melakukan amal-amal kebaikan dan kebajikan, berupa
shalat dan zakat”.
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah,
Kedua, kembali berpuasa. Bahwa agama Islam mengajak kepada
umatnya selalu berbuat baik dan tidak berlebih-lebihan. ‘Idul fitri memang hari
kita bersenang-senang. Satu Syawwal memang menjadi momentum perayaan kemenangan
menghadapi keberhasilan puasa sebulan. Dan ‘idul fitri menjadi puncak
kebahagiaan dengan sebutan “hari lebaran berbuka puasa”. Dan Allah juga
melarang kita berpuasa di tanggal satu Syawwal sebagaimana sabda Rasulullah
dari Sayyidatina ‘Aisyah:
الفطر يوم يفطر الناس، والاضحى يوم يضحي الناس
“Hari raya ‘id itu adalah hari berbuka bagi para manusia. Dan hari
raya ‘idul adlha adalah hari menyembelih kurban bagi para manusia”.
Ketika
kita diperbolehkan makan (berbuka), maka pada tanggal 2 hingga 7 Syawwal, Nabi
Muhammad mensunnahkan menjalankan puasa kembali. Hal ini sebagaimana sabda
Nabi:
من صام رمضان ثم اتبعه ستا من شوَّال كان كصيام الدهر كله
“Barangsiapa berpuasa bulan Ramadan, kemudian dia lanjutkan
dengan enam hari dari bulan Syawwal, maka seolah-olah ia perpuasa satu tahun
penuh”.
Betapa
indahnya Islam mengatur ibadah bagi para pemeluknya. Setelah orang berpuasa
satu bulan penuh, diberi kesempatan berbuka sehari dan ada amalan sunnah
kembali enam hari berpuasa. Ini menandakan bahwa Islam ini selalu melatih umatnya
untuk tidak berlebih-lebihan dalam makan. Termasuk menjaga kesehatan tubuh
dengan cara banyak berpuasa.
Allahu Akbar
Allahu Akbar Allahu Akbar
Ketiga, menggandakan amal shalih. Kehadiran bulan Syawwal
ini jangan sampai membuat kita larut dan merasa bebas. Bebas karena tidak perlu
bangun sahur, tidak perlu tarawih, tidak ada qiyamul lail dan tidak ada
buka puasa. Justeru Syawwal menjadi ujian sangat berat. Ibarat ukuran orang
mabrur atau tidaknya haji dilihat dari sepulang dari tanah suci. Maka kemaqbulan
puasa, dapat dilihat bagaimana kehidupan kita di bulan Syawwal hingga Sya’ban
yang akan datang.
Oleh
sebab itu, tugas hidup kita dalam menatap dunia dan akhirat ini masih sangat
panjang. Oleh sebab itu, amal shalih yang menjadi ladang pahala kita perlu
tingkatkan. Usaha beramal baik ini menjadi satu-satunya bekal kita kelak
menghadap Allah. Sebab kita tidak tahu kapan akan menghadap Allah. Sepanjang
nyawa masih ada, maka mari kita selalu berbuat baik pada siapapun. Jaga lisan kita
dari berkata kotor. Jaga diri kita dari maksiyat dan dekatkan kita pada Allah dengan
selalu berdzikir. Dan dekatkan kita pada Rasulullah dengan bershalawat.
Besok
di hadapan Allah yang bersaksi atas apa yang kita kerjakan bukan mulut kita. Tapi
tangan dan kaki yang akan bersaksi atas apa yang kita lakukan. Sementara mulut
kita yang suka berbohong dikunci rapat-rapat. Allah berfirman salam surat Yasin
ayat 65:
اليوم نختم على افواههم وتكلمنا ايديهم وتشهد ارجلهم بما كانوا يكسبون
“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan
berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka
terhadap apa yang dahulu mereka usahakan”
Ma’asyiral
muslimin rahimakumullah,
Dan
keempat, menjaga kerukunan dan kedamaian. Indonesia negeri kita tercinta
ini sangat butuh umat Islam yang rukun dan damai. Di bulan Syawwal ini tangan
kita rajin mengetik ucapan maaf lahir dan batin. Mulut kita tidak malu mengucap
dan meminta maaf pada siapapun orang yang ada. Badan dan wajah kita bisa
bergerak dan tersenyum manis mengucap salam dan maaf hingga cipika-cipiki. Saatnya kebangkitan
bangsa pemaaf dan pribadi pemaaf ini menjadi modal Indonesia yang damai dan
rukun.
Jangan
sampai keutuhan umat Islam di negeri ini kita cabik-cabik hanya persoalan adu
domba. Kita patut waspada atas agenda menjadikan Indonesia sebagai Timur Tengah
lanjutan yang selalu berkonflik antar golongan Islam. Kejadian bom Solo kemarin
menjadi wujud nyata, bahwa masih ada saudara kita yang masih lemah jiwa
kebangsaannya. Mari ajak saudara kita yang masih ingin mendirikan negara Islam
dan menghapus NKRI untuk sadar. Sebab bangsa kita, bukan bangsa yang hobi
perang, tapi bangsa kita bangsa yang cinta damai. Maka semangat “حب الوطن” patut
kembali kita dengungkan kembali lewat peristiwa ‘idul fitri ini. Allah
berfirman dalam Surat Al Hujarat ayat 10:
انما المؤمنون اخوة فاصلحوا بينةاخويكم واتقوا الله لعلكم ترحمون
“Orang-orang beriman itu Sesungguhnya bersaudara. Sebab
itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah
terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat”
Demikian
khutbah singkat ini kami sampaikan. Dengan semangat ‘idul fitri, mari kita
tetap teguhkan bahwa hari-hari kita tetap terasa keramadanannya. Dan mari kita
isi, 11 bulan ke depan dengan empat hal: rajin bershadaqah, rajib berpuasa
sunnah, selalu berbuat baik dan cinta bangsa dengan kerukunan dan persatuan.
جعلنا الله وإياكم من العائدين
والفائزين والمقبولين كل عام وأنتم بخير. آمين
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
وسارعوا الى مغفرة من ربكم وجنة عرضها
السموات والارض اعدت للمتقين
وقل رب اغفر
وارحم وانت خير راحمين
Khutbah Kedua
الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر الله أكبر لا
اله الا الله والله أكبر، الله أكبر ولله الحمد
الحمد لله الذى وحده صدق وعده واعز جنده وهزم الاحزاب وعده ولا حول ولا قوة الا بالله. اللهم فصل وسلم على سيدنا محمد صاحب كنز الرحمة وعلى آله وصحبه ومن والاه.
الحمد لله الذى وحده صدق وعده واعز جنده وهزم الاحزاب وعده ولا حول ولا قوة الا بالله. اللهم فصل وسلم على سيدنا محمد صاحب كنز الرحمة وعلى آله وصحبه ومن والاه.
اشهد ان لا اله الا الله واشهد ان محمدا رسول الله.
اما
بعده،
فيا
ايها الحاضرون اتقوا الله، اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن الا وانتم مسلمون.
قال الله تعالى
فى كتابه الكريم والعصر ان الانسان لفى خسر الا الذين آمنوا وعملوا الصالحات
وتواصوا بالحق وتواصوا بالصبر
اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الاحياء منهم
والاموات، اللهم اعز الاسلام والمسلمين واهلك الكفرة والظالمين. اللهم لا تسلط
علينا بذنوبنا من لا يخافك ولا يرحمنا. اللهم اجعل بلدتنا اندونيسيا بلدة طيبة
تجرى فيها احكامك ورسولك، برحمتك يا ارحم الراحمين.
فيا عباد الله ان الله يأمر بالعدل والاحسان وايتاء ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر ولذكر الله أكبر
فيا عباد الله ان الله يأمر بالعدل والاحسان وايتاء ذى القربى وينهى عن الفحشاء والمنكر ولذكر الله أكبر