Medsos: Media Sok Semaunya?

M. Rikza Chamami

Terasa aneh. Media sosial (medsos) menjadi tempat yang bebas mengungkapkan isi hati. Saking bebasnya, mengumpat Kyai juga dilakukan. Sungguh tidak bisa dimaknai, apa arti medsos itu.

Ini bisa jadi pelajaran untuk kita semua.  Bahkan Gus Mus menyebut sebagai kesaktian sosial media. Orang bukan tidak tahu menahu soal adab. Itu semua karena salah pergaulan di dunia maya. Sebab dunia maya seperti hutan belantara dengan makhluk palsu.

Maka perlu sekali hati-hati dan menjaga diri. Bahasa adalah ekspresi. Sedangkan teks adalah isi hati. Jika teks itu harusnya milik pribadi, maka jangan sekali-kali diumbar ke medsos--yang sudah menjadi ranah publik (public domain).

Bagaimanapun ini adalah resiko hidup berdemokrasi yang mewadahi jaminan tiga hal: kemerdekaan berekspresi (freedom of expression), kemerdekaan berbicara (freedomnof speech) dan kemerdekaan pers (freedom of the press).

Walau demikian, Indonesia bukan negara bebas yang meninggalkan etika. Etika bermasyarakat tetap perlu dijunjung tinggi. Ini tugas sosial yang harus dijaga seksama. Bukan berarti medsos menjadi bebas tanpa aturan sosial.

Maka, medsos bukan menjadi media yang sok semaunya. Ia tetap menjadi media sosial yang mengagungkan kemanusiaan. Jika kita tidak berhadapan dengan orang, maka ketika menulis atau upload, bayangkan apa dampak dari postingannya itu.

Sudah banyak kasus, dari salah status hingga berujung pada ranah hukum. Oleh sebab itu, bermedia sosial masih butuh etika. Etika itu, kembali pada pemilik account dalam menjaga dirinya sendiri.*)

No comments:

Post a Comment

@mrikzachamami