MENEGASKAN MAKNA SEKOLAH HANYA LIMA HARI

Proses pendidikan memang perlu dilalui dengan pemikiran matang. Hal itu untuk mencari hakikat dari pendidikan yang intinya mencerdaskan kehidupan bangsa. Persoalan pendidikan memang tidak pernah berhenti untuk diperbincangkan. Sebab pendidikan merupakan inti persoalan kehidupan dalam rangka mencetak sumber daya manusia yang berilmu, berwawasan luas dan bermanfaat.
Mengenai rencana kebijakan Gubernur membuat masuk sekolah hanya lima hari, bagi keluarga besar Nasima adalah hal biasa. Ini menjadi luar biasa bagi halayak umum yang belum tahu makna lima hari sekolah. Masih banyak orang yang tidak bisa memahami dan merasa berat jika kebijakan itu benar-benar dilaksanakan. Alasannya tentu seputar biaya, kesiapan mental anak hingga problem teknis lainnya.
Sebagaimana diungkapkan oleh Imam Az Zarnuji, bahwa pendidikan Islam itu mempunyai tujuan mulia yakni memerangi kebodohan, menatap masa depan cerah dan mencari ridla Tuhan. Ada tiga makna yang dapat diambil dari pesan Az Zarnuji, bahwa pola pendidikan sebaiknya mengedepankan sains, keterserapan kerja pasca sekolah dan moralitas.
Jika tiga hal itu dipadukan, maka sekolah lima hari semestinya menjadi jawaban. Sekolah sebagai lembaga pendidikan memang tidak boleh dijadikan satu-satunya sumber ilmu. Jadi ketika mengambil porsi lima hari adalah wajar. Keluarga akan mendapatkan jatah mendidik anaknya dua hari. Dalam menata waktu, anak akan lebih leluasa memilih untuk menentukan apakah dua hari itu digunakan full untuk berlibur atau menambah skill lainnya.
Ketika sekolah mengambil peran lima hari dengan waktu belajar pagi hingga sore, maka anak akan terdidik dengan suasana delapan jam aktif. Berarti secara tidak langsung bahwa anak tersebut dididik dengan kedewasaan sekaligus melatih untuk belajar “bekerja”. Sebab layaknya orang bekerja di Indonesia sehari adalah delapan jam. Satu sisi anak dilatih menghilangkan kebodohan dan di sisi lain dilatih menatap masa depan dengan “latihan bekerja”.

Dalam rangka memperkuat pengetahuan agama anak, maka porsi pendidikan agama juga patut diperhatikan. Terutama penekanan dalam peningkatan bacaan al-Qur’an, rukun Islam, rukun Iman dan melatih anak untuk tekun beragama. Sejak dini juga perlu dikenalkan tentang kerukunan beragama. Jadi, tidak ada lagi polemik bahwa lima hari kerja akan merugikan orang tua.*)

No comments:

Post a Comment

@mrikzachamami