Panitia seleksi
(Pansel) pimpinanKomisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang ditunjuk oleh Jokowi dinilai
agak janggal. Hal itu lebih dikarenakan sembilan orang yang ditugasi semunya
berasal dari perempuan,dan bukan karena soal kapasitasnya dalam memilihkan anak
bangsa sebagai calon pimpinan KPK. Dari sembilan nama itu memang berlatar
belakang pendidikan tinggi dan terekam jejaknya sebagai praktisi yang cukup
handal dari berbagai disiplin. Dari tangan merekalah, Indonesia menanti
lahirnya jenderal-jenderal pemusnah korupsi.
Memang diakui,
bahwa perempuan bukan sosok yang lemah dan lamban. Ada figur-figur perempuan
yang mampu menjadi inspirasi kemajuan dunia. Dan banyak pula perempuan yang
menjadi tokoh-tokoh dunia yang memberikan sumbangsih berarti. Perempuan juga
mempunyai peran serta yang tinggi dalam memerangi korupsi. Partisipasi yang
demikian ini yang menjadikan perempuan mendapatkan tempat spesial.
Oleh sebab
itulah, dari para srikandi ini sangat diharapkan agar tidak salah pilih.
Sebagai lembaga antirasuah, KPK selalu menjadi tumpuan membersihkan Indonesia
dari korupsi. Sebab korupsi sangat merugikan negara dan merusak citra bangsa.
Maka, jika srikandi itu salah memilih
calon pemimpin KPK, negara ini akan mengalami kehancuran. Sehingga, tugas pokok
tim Pansel harus benar-benar bebas dari intervensi. Independensi Pansel juga
sangat dinantikan.Termasuk pentingnya transparansi sebagaimana amanat
Undang-undang KPK.
Kontroversi
Pansel perempuan perlu diluruskan menjadi Pansel berbasis kinerja. Semua
masyarakat dihimbau untuk memberikan banyak masukan untuk Pansel agar menjadikan
bangsa ini lebih baik dan terbebas dari korupsi. Sebab melawan korupsi di
negeri ini seperti melawan tikus di area persawahan. Segala cara untuk
memberantas tikut sudah dilakukan, namun saat usia panen, justeru tikus-tikus
itu hadir merusak tanaman petani. Korupsi hendaknya dilawan dengan penyadaran
moralitas dan membiasakan hidup apa adanya, bukan hidup glamor yang menanti
hasil korupsi.
Dilihat dari
fenomena ini, ada empat makna kehidupan sosial bangsa Indonesia yang perlu
diteladani. Pertama, negara memberikan apreseasi yag tinggi pada perempuan.
Kenyataan ini harus diterima, walaupun sangat pahit bagi para tokoh laki-laki.
Seakan sudah tidak ada laki-laki yang diber apreseasi dan pantas masuk dalam
Pansel KPK. Peristiwa ini bukan bias gender, tetapi bermakna memberikan
kesempatan perempuan Indonesia untuk berprestasi menjadi pelahir tokoh
antikorupsi.
Kedua,
perempuan dipandang sebagai figur yang lembut dan jujur. Kelembutan perempuan
memang sudah dikenal sejak lama. Dari jiwa perempuan lahir sikap kehati-hatian
dan semangat untuk berperilaku cermat. Selain itu, kejujuran yang ada baginya
menjadi syarat utama hidup. Dari sinilah marwah perempuan perlu dijaga agar
memilih calon pimpinan KPK secara cermat, cerdas dan lugas.
Ketiga,
perempuan diyakini mampu memberikan solusi tentang perjuangan memberantas
korupsi. Memberikan peluang kepada perempuan untuk memilih calon KPK sangat
tidak mungkin ditangani oleh orang biasa. Paling tidak, mereka adalah orang
yang mampu mencari jalan keluar penyakit korupsi yang melanda bangsa ini.
Sehingga harapan dari para srikandi ini benar-benar mencari rumusan figur calon
pimpinan KPK yang tangguh.
Dan keempat,
perempuan Indonesia mampu tampil sebagai pemimpin teladan. Pansel kali ini
memang sebagai gerbang awal seleksi. Artinya, siapapun pimpinan KPK yang
terpilih semuanya melalui seleksi ini. Sebagai orang kepercayaan Presiden,
Pansel KPK perlu menunjukkan prestasinya yang gemilang. Jangan sampai
kepercayaan itu disia-siakan dengan salah mencari figur. Saat ini dunia sedang menyorot
sejauh mana perempuan Indonesia itu memimpin. Jika ini berhasil, maka tidak
menutup kemungkinan srikandi Pansel KPK ini akan menjadi idola dunia. Namun
jika gagal, maka gagal pula citra kepemimpinan perempuan Indonesia.
Setelah
menyatukan visinya, Pansel KPK perlu segera menyusun langkah-langkah taktis sebelum
resmi membuka pendaftaran. Pansel secara profesional perlu segera menentukan
kriteria pimpinan KPK, tukar pengalaman dengan Pansel KPK lama dan diskusi
dengan semua pihak terkait hukum (KPK, Kejaksaan dan Kepolisian). Dari situ
akan disaring banyak informasi untuk membenahi peran Pansel agar semakin baik
dalam membuat keputusannya.
Setelah
dirumuskan dengan baik, maka saatnya membuka pendaftaran calon dan dilanjutkan
dengan seleksi administrasi dan seleksi kompetensi. Seyogyanya, dibuka website
khusus Pansel yang benar-benar transparan dan dapat diakses bebas oleh
masyarakat untuk melihat sejauh mana proses seleksi ini. Masyarakat juga
dibukakan call centre untuk memberikan masukan pada Pansel, terutama
setelah diketahui para calon mendaftarkan diri.
Ini dilakukan
sebagai pelibatan masyarakat secara terbuka. Dan penting juga melibatkan semua
pihak berwajib untuk menelusuri rekam jejak calon seperti PPATK, KPK, Kejaksaan
dan Kepolisian. Setelah disaring semua, maka Pansel baru mengajukan ke Jokowi
dan dikirim ke DPRRI.
Diharapkan dari
calon yang dikirim ke Jokowi, mereka adalah kader bangsa yang benar-benar
peduli pemberantasan korupsi dan mampu menjadikan KPK sebagai institusi yang berwibawa
dan berani. Sebab banyak sekali tantangan KPK ke depan. Apalagi dengan
pengalaman KPK yang sebelumnya mengalami kriminalisasi dan kasus cicak versus
buaya,janga sampai kembali terjadi. KPK yang bewibawa adalah jika lembaga
antirasuah ini profesional dalam memberantas korupsi. Dan KPK yang berani
adalah dengan tidak tebang pilih dalam memusnahkan korupsi.*)
No comments:
Post a Comment