Tradisi Damai Islam Nusantara


Banyak orang yang khawatir akan nasib bangsa Indonesia akhir-akhir ini. Dinamika ideologi keberagamaan mulai bermunculan. Radikalisme agama juga patut untuk dijadikan salah satu ancaman nasionalisme. Keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) patut kembali dijaga dengan semangat menyatukan segala perbedaan. Salah satu hal yang dibutuhkan hari ini adalah terkait penyatuan visi keagamaan.
Islam sebagai salah satu agama besar di Indonesia sedang dihadapkan dengan laju globalisasi. Adanya kebebasan pers, maraknya media sosial, radio dan televisi terkadang membuat isu agama begitu liar tidak dapat dikendalikan. Bagi sebagian pengikut faham pluralis-akademis, hal seperti ini sudah biasa. Namun bagi kalangan tertentu semisal tradisionalis (orang desa yang masih polos) terkadang kaget dengan isu-isu keagamaan ini. Termasuk respon keras kalangan ekstrim-radikal yang sangat kaku memahami agama.
Hadirnya gerakan revitalisasi Islam nusantara belakangan ini mencoba menjawab tantangan ini. Bahwa Indonesia mempunyai karakter keislaman yang khas dengan kearifan lokal. Dan kearifan lokal itu harus dihargai sebagai sebuah ciri khas, identitas sosial dan logika budaya. Sebab agama bukan semata-mata urusan ketuhanan tapi ada ruang kemanusiaan yang hampir tiap hari dihadapi. Disinilah pemahaman Islam nusantara itu hadir sebagai pelengkap hidup berketuhanan dan bermasyarakat.
Istilah Islam nusantara tidak perlu lagi diperdebatkan karena merupakan gerakan kedewasaan beragama. Sebab istilah nusantara sendiri sudah masyhur sebelum dikenal istilah Indonesia. Nusantara sudah dikenal sejak abad XII sebagai sebutan jajaran pulau yang terbentang dari Sumatera hingga Papua. Nusantara juga menjadi terminologi gambaran kenegaraan era Majapahit.
Ki HajarDewantara pada 1920-an juga mengenalkan istilah nusantara sebagai penamaan kepulauan ini karena tidak suka terhadap Belanda yang selalu menggunakan istilah Indie (Hindia). Ini menunjukkan betapa dahsyatnya Ki Hajar Dewantara memperjuangkan semangat nasionalisme dengan sebutan nusantara. Setelah Kongres Pemuda II tahun 1928, nama Indonesia ditetapkan sebagai nama bangsa independen sebagai negara lanjutan Hindia-Belanda. Jadi nusantara adalah sinonim dari Indonesia dari sisi politik maupun antropo-geografik.

Keutuhan NKRI
Dalam kondisi semacam ini, perlu sekali dikuatkan penyamaan persepsi tentang agama dan bangsa, sehingga intern agama Islam siap mengalami gesekan ideologi. Agama adalah wilayah profan yang menghubungkan antara keyakinan dan Allah dengan pemahaman ilmu tauhid. Sedangkan kebangsaan merupakan wilayah kemanusiaan yang ada di sekeliling kita.
Dalam beragama, Islam mengenal ikhtilaf al-madzahib (perbedaan faham-faham dalam fiqh). Artinya bahwa sejak awal Islam menyadari tentang adanya perbedaan. Dari sisi inilah sudut pandang kedewasaan beragama itu lahir karena memang pada hakikatnya cara pandang melihat agama itu berbeda. Tetapi perbedaan itu bukan untuk dihadap-hadapkan dan mencari benarnya sendiri. Hadirnya semangat Islam nusantara adalah untuk melihat dan menghargai perbedaan itu.
Jika mau belajar dari tokoh Islam nusantara semacam Walisongo, tentunya sangat jelas bahwa mereka berpihak pada agama yang meneguhkan kedamaian. Sebab Walisongo lahir dari generasi nenek moyang yang memahami perbedaan agama (Hindu-Budha). Bahkan pola perjuangannya juga sangat memahami perbedaan agama. Bisa dilihat bangungan gapuro peninggalan Sunan Kudus di depan Masjid Menoro misalnya penuh dengan harmoni Islam dan Hindu. Bahkan Sunan Kudus menghargai umat Hindu dengan melarang anak cucunya menyembelih sapi.
Dipakainya wayang untuk dakwah dan digubahnya lagu-lagu Jawa menjadi bentuk keunikan para Walisongo dalam membuat Islam nusantara itu pro terhadap budaya. Jadi Islam nusatara itu menjadi bagian yang tidak terpisahkan antara masa lalu dan masa sekarang. Sebab Islam nusantara bukan barang instan yang tiba-tiba hadir di masa ini dan menjadi besar. Patut disadari bahwa ajaran-ajaran Walisongo inilah yang patut dikembangkan dalam rangka menjaga marwah Islam nusantara.

Waspada Disintegrasi
Pelestarian Islam nusantara bagi KH Mustofa Bisri (Gus Mus) dilanjutkan oleh para ulama ahlus sunnah wal jama’ah di Indonesia. Dari ajaran para Kyai ini, Islam nusantara telah memiliki wajah yang khas dengan meneguhkan nilai-nilai harmoni sosial dan toleransi dalam kehidupan masyarakat.
Para Kyai sebagai guru agama sekaligus guru bangsa. Sebab ia memberikan bimbingan dengan ilmu agama yang mendalam sekaligus menjalankan pemahaman kontekstual. Kyai juga selalu mengedepankan kebersamaan dan persatuan bangsa secara total, sehingga NKRI, Pancasila dan UUD 1945 merupakan konsep baku yang harus ditaati setelah patuh pada Allah dan rasulnya.
Hal semacam ini oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj disebut sebagai Islam dengan pendekatan budaya. Sebab Islam Nusantara adalah gabungan nilai Islam teologis dengan nilai-nilai tradisi lokal, budaya, dan adat istiadat di Indonesia. Inti dari wacana Islam Nusantara adalah menyinergikan ajaran Islam dengan adat istiadat lokal—bukan membudayakan syariat dengan pemahaman sempit.
Oleh Prof Azyumardi Azra, guru besar Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Islam nusantara disebut kaya dengan warisan lokal (Islamic legacy) yang menjadi harapan peradaban global. Ia membuat definisi bahwa Islam Nusantara adalah Islam distingtif sebagai hasil interaksi, kontekstualisasi, indigenisasi dan vernakularisasi Islam universal dengan realitas sosial, budaya dan agama di Indonesia.
Maka, dari Islam nusantara ini, harapan besar akan terwujud kembali Indonesia yang harmonis dan berdikari. Indonesia harmonis tercermin dari kerukunan seluruh bangsa, tidak lagi mempersoalkan perbedaan ideologi, agama, suku dan ekonomi. Apalagi hanya mempersoalkan perbedaan paham agama, itu sudah tidak sehat dalam hidup berbangsa. Indonesia bukan negara yang baru kemarin merdeka, jadi intervensi ideologi radikal yang merusak Indonesia harus dilawan oleh gerakan Islam nusantara.

Selama ini, kampanye NKRI selalu diganggu oleh gerakan radikal. Sebab ada usaha jahat melakuan disintegrasi bangsa lewat isu-isu agama. Maka perlu sekali merumuskan model nasionalisme dengan semangat Islam nusantara. Sebab Islam nusantara memberikan jaminan kesatuan dan keutuhan NKRI serta menjadikan agama Islam wajib bersanding dengan semua agama lainnya. Islam nusantara juga menjadi penyebar Islam damai—bukan Islam pro kekerasan.*)

No comments:

Post a Comment

@mrikzachamami