Hadirnya bulan Ramadan seringkali menjadi motivasi baru dalam hidup. Nafas ibadah lebih mendominasi karena kewajiban sehari melaksanakan ibadah dengan menahan lapar dan dahaga. Dari sisi sosial, Ramadan juga menjadi momentum menyatukan visi persaudaraan. Masjid atau mushola yang biasanya sepi, disulap menjadi ramai. Infaq, zakat dan shadaqah juga terasa ringan. Itulah kehebatan Ramadan yang selalu hadir setiap tahunnya.
Dalam menghadapi Ramadan, ada banyak cara yang dilakukan oleh masyarakat. Bagi kalangan santri, persiapan menghormati Ramadan didesain dengan nuansa religi. Bagi kalangan awam, Ramadan menjadi pendamping ibadah tahunan disambut dengan suka-cita sesuai selera kehidupannya. Bagi umat non-muslim (terutama di Indonesia) juga turut serta menyambut Ramadan dengan nyadran atau menghormati umat Islam.
Ramadan seakan menjadi penguatan spiritual dari berbagai sudut kehidupan. Nafsu dan emosi yang biasanya meledak-ledak, luluh seketika. Ambisi dan fitnah politik mampu diredam. Acara televisi yang biasanya mengumbar aurat, otomatis diberi nuansa Islami. Lagu-lagu yang hip hop, berubah menjadi musik religi. Berangkat dari titik puasa inilah, ternyata spiritualisasi itu dikembangkan.
Makna spiritualitas Ramadan akan terwujud dengan baik jika ada empat pola kehidupan yang dibentuk. Pertama, menjalankan ibadah Ramadan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Menata hati menjadi kunci utama ibadah. Sebab puasa bukan hanya sekedar ibadah fisik saja, tapi juga ibadah psikis. Jika kesadan dan keikhasan tidak ditanamkan, maka puasa akan menjadi berat dan sia-sia.
Kedua, memaknai hakikat puasa untuk memperkuat landasan iman. Agama Islam memerintahkan ibadah satu bulan penuh dalam satu tahunnya, tentu sangat bermakna. Selain mengukur kadar keimanan para hambanya, Islam juga mendidikan terwujudnya hamba yang taqwa. Taqwa inilah yang dikejar melalui Ramadan. Sebab sepanjang waktu Ramadan berjalan, semua jenis ibadah tumpah ruah, seperti digelar “festival ibadah”.
Ketiga, menjaga kesehatan. Rasulullah SAW telah memerintahkan: shumu tashihhu, berpuasalah kalian agar sehat. Kesehatan akan diraih oleh para hamba Allah yang mampu berpuasa dengan baik. Selama 11 bulan, pencernaan selalu bekerja tanpa istirahat. Makanan dan minuman juga tidak terseleksi dengan baik masuk ke dalam perut. Ibarat “mesin produksi”, saat Ramadan diistirahatkan. Dan berfungsi kembali saat sahur dan buka.
Dan keempat, mendorong kemampuan persatuan umat manusia. Dapat dirasakan, ketika Ramadan hadir secara otomatis jalinan persatuan itu lahir. Di setiap masjid atau mushola selain jama’ah berbondong-bondong hadir, kegiatan sosial dan infaq berjalan dengan baik. Semangat beramal juga menjadi faktor utama. Maka bentuk solidaritas inilah semestinya yang sangat dinantikan oleh agama Islam.
Melihat sedemikian kuat semangat spiritualisasi, Ramadan perlu kiranya membuat hidup sepanjang tahun sebagai Ramadan abadi. Artinya bahwa kemaksiyatan dan kemungkaran yang ada di dunia akan mudah dihentikan ketika Ramadan datang. Namun menjadi sedih, saat Ramadan berakhir, maka kehidupan spiritual juga terhempas. Sehingga sangat wajar sekali jika Rasullah pernah menangis ketika akhir bulan Ramadan.
Paling tidak, ada pelajaran yang sangat berharga saat bulan suci hadir. Bahwa tugas manusia yang paling utama adalah ibadah. Dan ibadah ini yang akan menentukan baik buruknya perilaku. Oleh sebab itulah, bagaimana Ramadan mampu memperbaiki ibadah sekaligus belajar istiqamah dalam menata kehidupan akhirat dan dunia. Jika ada keseimbangan antara keduanya, maka ada sisi kesempurnaan hati sehingga mampu selalu menjaga budi pekerti dan jauh dari kemaksiyatan.
Tidak selamanya Ramadan menjadi bulan baik bagi umat Islam. Terutama bagi mereka yang sudah tidak semangat melakukan ibadah. Ramadan dianggap sebagai bulan “penyiksaan” karena tak tahan menahan lapar dan dahaga. Dalam kondisi semacam itu, yang salah bukan Ramadannya, tetapi jiwa manusia yang kalah dengan bujuk rayu syetan. Oleh sebab itu, perlu juga mengajak dengan pelan-pelan saudara muslim yang masih belum mampu beribadah puasa. Semoga Ramadan kali ini mampu menjadi titik awal menyatakan perubahan menjadi hamba yang benar-benar bertaqwa.*)
No comments:
Post a Comment