Melemahnya nilai rupiah disertai dengan kenaikan harga bahan pokok makanan membuat sebagian warga gelisah. Wajar saja, himpitan ekonomi dan beratnya tanggungan hidup membuat orang mulai berpikir mencari solusi agar tidak makin tertekan. Selalu saja dalam kondisi yang demikian, masyarakat mulai “menuntut” kerja keras pemerintah untuk melakukan stabilisasi ekonomi dan menolong nasib rakyatnya.
Dorongan untuk membuat suasana hidup normal inilah yang benar-benar diharapkan. Siapapun pemerintah, hari ini masyarakat sangat butuh uluran tangan membuat rakyatnya nyaman. Nyaman dalam menatap hidup dan nyaman dalam harga sandang-pangan murah. Visi pemerintah Jokowi dengan nawacita dan revolusi mental tentunya memberikan secercah harapan bahwa rakyat semakin hidup enak. Jika kondisinya malah justru berbalik, maka sudah saatnya pemerintah melakukan upaya taktis-strategis menyelesaikan persoalan ini.
Resuffle kabinet yang sudah dilakukan kemarin sudah saatnya dilihat sebagai fakta upaya perbaikan kinerja pemerintah. Sehingga jalan-jalan penghambat roda ekonomi yang pernah mengalami sumbatan harus mulai diurai secara cepat. Oleh sebab itu, kabinet hasil resuffle itu hendaknya memberikan warna baru bagi kehidupan yang lebih menjanjikan. Jika masih ada kendal dalam penguatan basis ekonomi kerakyatan, berarti perlu dievaluasi kembali kinerja kabinetnya secara total.
Berfikir Positif
Kondisi rakyat yang gelisah semacam ini harus diyakinkan kembali. Sebab sikap pesimis terhadap kebijakan pemerintah yang “dianggap” belum mampu menyelesaikan tingginya nilai dollar akan membuat jiwa kebangsaan memudar. Dalam kondisi semacam ini sangat rawan dimasuki ideologi politik-lawan yang membuat ancaman nasionalisme. Maka yang perlu dilakukan adalah menguatkan berfikir positif bangsa Indonesia.
Hanya dengan berfikir positif inilah persatuan dan kesatuan bangsa akan mudah ditata. Kondisi ekonomi global yang turut berpengaruh hingga Indonesia ini tidak hanya dilihat sebagai kelemahan pemerintahan Jokowi saja. Tetapi ini akibat dari kondisi ekonomi nasional dan sekaligus ujian tim ekonomi kabinet kerja. Jika memang betul demikian, maka untuk memacu lahirnya pikiran positif bangsa kita butuh tiga hal.
Pertama, tim ekonomi perlu bekerja keras dan secara terbuka menjelaskan kepada rakyat (termasuk DPR dan MPR) masalah apa yang semestinya terjadi. Jika kendala-kendala itu dipaparkan secara gamblang dan jujur, maka rakyat akan memahaminya sebagai tantangan bangsa yang harus diselesaikan bersama. Tapi jika kendala yang terjadi ada di internal pemerintah, maka resuffle lanjutan perlu diupayakan kembali. Di titik pertama ini pola berfikir positif untuk menilai kinerja pemerintah akan lahir.
Kedua,segala cara untuk membuat harga dollar turun dan harga sandang-pangan murah tidak boleh terlambat tertangani. Jika memang laju penurunan harga itu sulit, maka kendala-kendala yang muncul juga perlu disampaikan secara jujur (tanpa adanya politisasi). Kejujuran pemerintah terhadap rakyat itulah yang hari ini dibutuhkan. Sebab dari kejujuran itu, fikiran positif jadi hal yang utama.
Dan ketiga, membuat rakyat tetap optimis dapat menghadapi dinamika hidup. Secara filosofis memang semakin modern cara hidup, maka semakin mahal harga hidup. Sehingga jika ada kenaikan-kenaikan secara periodik bisa dimaklumi. Mungkin cara berfikir semacam itu hanya dimiliki oleh kalangan berpendidikan tinggi. Bagi rakyat yang dalam kondisi “kesulitan” memang belum bisa demikian. Maka bagi kalangan yang berpendidikan, sebaiknya tidak melakukan upaya “provokasi” yang membuat masyarakat tidak positif dalam berfikir. Dengan pola komunikasi yang positif dalam stratifikasi sosial ini, bangsa Indonesia akan tetap utuh dan bersatu.
Demi Nasionalisme
Berfikir positif dalam menghadapi suasana sulit memang tidak mudah. Namun cara ini tetap dinilai sangat penting untuk dilakukan. Sebab cara-cara semacam ini akan menjadi sumbu pertama dalam merajut nasionalisme yang kian pudar. Kemerdekaan yang telah dicapai selama 70 tahun perlu dimaknai secara luas. Sebab kita semua sekarang hidup di era yang sangat serba enak, tak perlu menenteng senjata dan berkorban nyawa.
Untuk memberikan semangat dalam berfikir positif tentunya perlu digugah kembali jiwa pancasilaisnya. Terutama dalam memaknai agama sebagai fungsi vital dalam berkeyakinan. Dengan agama inilah, bangsa Indonesia mudah untuk menyelami hidup. Bahwa semua umat beragama tetap diminta untuk selalu berusaha di tengah garis takdir Tuhannya. Sehingga kekuatan keyakinan beragama akan memudahkan jalannya berfikir positif.
Agama selalu memberikan kunci dan harapan hidup yang sangat menantang. Kunci hidup itu adalah dengan bekal kekuasaan Tuhan dan kesempatan hambanya dalam mengarungi hidup di dunia. Maka agama mendorong umatnya untuk bekerja untuk kepentingan dunia dan beribadah untuk kepentingan akhiratnya. Sedangkan harapan hidup diajarkan dalam agama sebagai pahala yang kelak akan diunduh di akhirat dan jika mau bekerja akan mendapatkan gaji di dunia.
Semangat hidup beragama, berindonesia dan bersatu itulah yang perlu diwujudkan secara nyata dalam kondisi ekonomi yang tidak stabil ini. Tentunya yang paling dinanti-nanti adalah kerja nyata pemerintah sembari rakyat selalu tetap bekerja dan berdo’a untuk kemajuan Indonesia yang tercinta ini. Tidak akan ada yang bisa memperbaiki Indonesia selain harus dimulai dari rakyat Indonesia dengan fikiran positifnya. Dan jangan sampai fikiran kita dirusak untuk membenci Indonesia.*)
No comments:
Post a Comment