Kejujuran di era sekarang menjadi barang langka. Kalaupun masih ada, kejujuran berharga mahal. Ini lebih karena kehidupan sekarang sudah semakin instan dan pragmatis. Orang inginnya selalu untung dan tidak peduli dengan yang lainnya. Cara mendapatkan uang juga berani menghalalkan segara cara. Itulah awal lahirnya ketidakjujuran dalam hidup.
Memasuki bulan Ramadan, kejujuran umat Islam benar-benar diuji. Sebab ibadah utama Ramadan berupa puasa merupakan ibadah paling rahasia. Hanya Allah yang tahu hambanya puasa atau tidak. Maka nilai kejujuran puasa itu menjadi esensi. Sangat baik sekali jika Ramadan menjadi titik awal menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang jujur.
Pola kejujuran yang diterapkan dalam Ramadan terlihat sangat baik. Ada tiga model pendidikan kejujuran yag ada dalam Ramadan. Pertama, jujur dengan dirinya sendiri. Puasa tidak bisa dibohongi. Kalaupun harus berbohong, pahala puasa tidak akan diterima. Dan kondisi itu akan membuat dirinya rugi karena sudah merendahkan dirinya sendiri.
Kedua, jujur terhadap masyarakat dan lembaga. Kata “jujur” yang hanya diucapkan dalam berpuasa, padahal dirinya tidak puasa adalah pembohongan bagi masyarakat dan lembaga. Berarti sudah ada benih yang tidak baik karena menghiyanati masyarakat. Sehingga cara membuat dirinya satu kata dalam bahasa dan perilaku belum ada. Dan itu tidak baik.
Dan ketiga, jujur kepada Tuhan. Bahwa agama yang memiliki Tuhan sudah dibohongi. Dan orang yang bohong seperti ini sudah sangat fatal. Sebab Tuhan yang menciptakannya berani dikhianatinya. Jadi bagi orang-orang yang belum berpuasa sama dengan membohongi dirinya sendiri, masyarakat dan Tuhannya. Dan bagi yang sudah benar-benar puasa berarti mampu memasuki tahap sukses pendidikan kejujuran.
Mengingat begitu pentingnya puasa sebagai pendidikan kejujuran, Nabi Muhammad menyebut ada tiga ibadah inti dalam Islam. Jika salah satu ibadah ini tidak dilakukan, maka disebut “kafir” (tidak patuh pada Islam). Tiga ibadah itu adalah syahadat, shalat wajib dan puasa.
No comments:
Post a Comment